BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pemahaman yang benar
tentang perkembangan siswa akan membantu pendidik untuk memberi
perlakuan yang tepat pada siswa. Perkembangan siswa pada dasarnya
adalah perubahan yang terjadi dalam seluruh dimensi yang ada dalam
diri siswa yakni dimensi fisik, dimensi psikologi, dimensi sosial,
dimensi kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual.
Dimensi perkembangan
fisik, psikologi, sosial, kognitif, spiritual berhubungan erat satu
sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi
atau memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya.
Dimensi-dimensi
perkembangan tersebut berhubungan satu sama lain, pendidik seharusnya
menyadari betul hal ini dan menggunakan kesadaran ini untuk
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa, membantu siswa berkembang
secara optimal dalam semua dimensi perkembangan dirinya. Sebagai
pendidik, misalnya kesadaran akan adanya hubungan antar semua bagian
perkembangan ini, bermanfaat untuk perencanaan kurikulum untuk siswa
sebagai usaha untuk membantu mengembangkan pemahaman konseptual yang
dapat diaplikasikan pada mata pelajaran yang dipelajari.
Perkembangan siswa
berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur dimana
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan siswa terbangun atas
kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan siswa sebelumnya. Riset
perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapan-tahapan pertumbuhan
dan perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang kehidupan relatif
stabil dan dapat diprediksikan tahapannya.
Perubahan yang
terjadi pada setiap tahapan meliputi perkembangan fisik, psikologi,
sosial, kognitif, dan spiritual. Pengetahuan mengenai perkembangan
yang terjadi pada siswa akan membantu para orang tua atau pendidik
untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan merencanakan tujuan
kurikulum yang realistik dan pengalaman belajar yang tepat menurut
perkembangan siswa.
Proses pendidikan
yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang relevan.
Pembangunan kualitas pendidikan yang optimal diharapkan akan mencapai
keunggulan sumber daya manusia yang dapat mengetahui pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian sesuai dengan teknologi yang terus
berkembang.
Permasalahan yang
menyangkut pengembangan kompetensi siswa perlu diarahkan dan
dipikirkan bersama termasuk pemecahan masalah yang dihadapi. Dengan
adanya alasan tersebut, maka penulis memilih judul Kajian Tentang
Kompetensi Siswa di Sekolah Menengah Atas Al-Hikmah Surabaya sebagai
objek penelitian.
1.2
Rumusan Masalah
Pada bab ini penulis
membuat rumusan masalah yang terjadi permasalahan dalam pengembangan
kompetensi siswa di Sekolah Menegah Atas Al-Hikmah Surabaya. Dari
permasalahan ini dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana kompetensi siswa di Sekolah Menengah Atas Al-Hikmah
Surabaya?.
- 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
- 3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis pada
proyek akhir ini adalah untuk mengetahui kompetensi siswa di Sekolah
Menengah Atas Al-Hikmah Surabaya.
- 3.2 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian dapat diberikan sebagai berikut :
- Manfaat bagi penulis
Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, guna meningkatkan wawasan
berpikir yang nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi masayarakat umumnya dan bagi sekolah khususnya.
- Manfaat bagi sekolah
Memberikan gambaran
dan masukan kepada sekolah agar dapat mengetahui sejauh mana
pentingnya kompetensi siswa yang telah dipakai sebagai pertimbangan
kebijakan yang berhubungan dengan Sekolah Menengah Atas Al-Hikmah
Surabaya yang akan datang.
- Manfaat bagi Politeknik NSC dan ilmu pengetahuan
Untuk menambah
wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan pustaka untuk
pertimbangan apabila menghadapi masalah yang sama, sehingga relevansi
antara teori dan praktek dapat dibuktikan kebenarannya, serta sebagai
saran untuk memperluas pengetahuan dan informasi bagi pembaca
mengenai sejauh mana kompetensi siswa di sekolah.
1.4
Batasan Permasalahan
Mengingat luasnya
masalah-masalah lain yang ada kaitannya dengan penulisan proyek akhir
maka penulis membatasi ruang lingkup di penulisan ini. Batasan
masalah yang dapat diambil hanya dibatasi dengan kompetensi siswa
yaitu kompetensi fisik, kompetensi psikologi, kompetensi sosial,
kompetensi kognitif, dan kompetensi spiritual. Penelitian dilakukan
pada kelas XI dan XII yang berjumlah 180 Siswa di Sekolah Menengah
Atas Al-Hikmah Surabaya.
1.5 Sistematika
Penulisan
Sesuai dengan
persyaratan ilmiah pada umumnya, maka secara ringkas sistematika
penulisan tersusun sebagai berikut :
BAB
I : PENDAHULUAN
Pada bab ini
menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan tugas
pendahuluan proyek akhir ini.
BAB
II
:
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis
menguraikan tentang penelitan terdahulu yang didasari dengan landasan
teori yang berkaitan dengan pembahasan pada judul yang telah ada.
BAB
III : METODOLOGI
Pada bab ini penulis
menguraikan tentang pengertian judul dan teknik pengambilan data yang
meliputi metode pengumpulan data, jenis data, dan metode analisis
data.
BAB
IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis
menguraikan tentang tinjauan umum yaitu menjelaskan atau menceritakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan dan objek yang
diteliti.
BAB
V: SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis
memberikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan isi tentang proyek
akhir yang berisi tentang kenyataan yang ada pada sekolah. Kesimpulan
dan saran dari analisis pembahasan pengembangan kompetensi siswa di
sekolah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian tedahulu
yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi pernah diteliti oleh
Supardi,
Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas
Pendidikan Indonesia. Dengan
judul Studi Komparatif Penguasaan Kompetensi Guru oleh Mahasiswa
Berdasarkan Latar Belakang Sekolah dan Jalur Masuk Penerimaan
Mahasiswa Baru.
Kesimpulan
penelitian ini sebagai
berikut :
- Gambaran tingkat penguasaan kompetensi guru oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas Pendidikan Indonesia berada pada kategori sedang.
- Tidak ada perbedaan penguasaan kompetensi guru oleh mahasiswa Prodi Manajemen Perkantoran UPI yang berasal dari SMA dengan penguasaan kompetensi guru oleh mahasiswa Prodi Manajemen Perkantoran UPI yang berasal dari SMK.
- Tidak ada perbedaan antara penguasaan kompetensi guru oleh mahasiswa Prodi Manajemen Perkantoran UPI yang masuk melalui jalur PMDK dengan penguasaan kompetensi guru oleh mahasiswa Prodi Manajemen Perkantoran UPI yang masuk melalui jalur SPMB.
Persamaan
: penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu adanya
kesamaan pokok bahasan mengenai bagaimana cara kompetensi dalam
sekolah.
Perbedaan
: penelitian terdahulu menggunakan objek guru, sedangkan obyek
penelitian saat ini adalah siswa di sekolah.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Pengertian Sekolah
Efektifitas
merupakan suatu dimensi tujuan manajemen yang berfokus pada hasil,
sasaran, dan target yang diharapkan. Menurut Komariah (2006:1)
Sekolah yang efektif adalah sekolah yang menetapkan keberhasilan pada
input,
proses, output,
dan outcome
yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen sistem
tersebut.
Komariah (2006:2)
mengemukakan input
sekolah
terdiri dari dua kategori yaitu input
sumber daya dan input
manajemen. Input
manajemen, menurut Hadjisarosa dalam Komariah (2006:2) adalah
seperangkat tugas (disertai fungsi, kewenangan, tanggung jawab,
kewajiban, dan hak), rencana, program, ketentuan-ketentuan (limitasi)
untuk menjalankan tugas, pengendalian (tindakan turun tangan), dan
kesan positif yang ditanamkan oleh kepala sekolah kepada warga
sekolah. Input
manajemen adalah merupakan input
potensial bagi pembentukan sistem yang efektif dan efisien. Melalui
manajemen semua komponen input
lainnya data sesuai fungsi dan peranannya melalui pendekatan PDCA
(Plan,
Do,
Check,
dan Act).
Input
sumber daya meliputi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Sumber daya manusia sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan sumber daya lainnya meliputi
uang, peralatan, perlengkapan, bahan, bangunan, dan sebagainya.
Kesiapan sumber daya manusia adalah kesiapan kemampuan yang diikuti
dengan kesiapan kesanggupan. Kesiapan kesanggupan menyangkut
kualifikasi, sedangkan kesiapan kesanggupan menyangkut pemenuhan
kepentingan sumber daya manusia.
Proses
penyelenggaraan sekolah adalah kiat manajemen sekolah dalam mengelola
semua masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan atau output
sekolah. Proses berlangsungnya sekolah adalah berlangsungnya
pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara siswa dengan guru
yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian keberhasilan proses
pembelajaran.
Output
dari aktifitas sekolah adalah segala sesuatu yang siswa pelajari di
sekolah. Output
sekolah, tidak hanya diukur dari lulusan. Pada umumnya, diukur dari
tingkat kinerjanya. Kinerja sekolah bukan hanya kinerja sistem yang
belajar, tetapi kinerja seluruh komponen sistem, artinya kinerja
sekolah adalah pencapaian atau prestasi sekolah yang dihasilkan
melalui proses persekolahan. Kinerja sekolah menurut Slamet dalam
Komariah (2006:3) diukur dari efektifitasnya, kualitasnya,
produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, surplusnya, dan moral kerjanya.
Pengembangan
diartikan sebagai bergerak maju. Sekolah yang berkembang tidak jalan
di tempat, tetapi bergerak maju sesuai dengan tuntutan kualitas yang
ditetapkan dalam input,
proses output,
dan outcome.
Kompetensi
kesenjangan tidak terelakan lagi bagi pengembangan sekolah. Sekolah
yang hanya memelihara keadaan stabil tanpa ingin merespons berbagai
masalah dan pengaruh eksternal pada akhirnya akan bertemu dengan
keadaan tidak menguntungkan seperti kehilangan enrollment,
berkurangnya kepercayaan masyarakat, tidak relevannya lulusan, dan
sebagainya.
Mutu sedah menjadi
keharusan yang tidak terbantahkan dan merupakan konsep yang paling
manjur menjawab berbagai tantangan-tantangan yang semakin kompleks.
Mutu menjadi indikator penting efektifitas sekolah. Mutu sudah harus
memperhatikan dan konfirmasi dengan kebutuhan pelanggan quality
is conformance to
customer
requirement.
2.2.2
Konsep Sekolah Efektif
Komariah (2006:33)
mengemukakan Asas terpenting dan menjadi landasan bergerak dalam
pengelolaan pendidikan menuju sekolah efektif adalah pernyataan bahwa
“semua anak dapat belajar”. Hal ini mengisyaratkan pada guru
bahwa sekolah merupakan wahana yang menyediakan tempat yang terbaik
bagi anak untuk belajar,
a place for better learning.
Artinya, semua upaya manajemen dan kepemimpinan yang terjadi di
sekolah diarahkan bagi usaha membuat seluruh peserta didik belajar.
Konsep dari sekolah
efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan
proses bagi ketercapaian output
pendidikan,
yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siswa yang ditandai dengan
dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang dipersyaratkan di
dalam belajar.
Optimalisasi masukan
dan proses menunjukkan adanya layanan pembelajaran optimal bagi
kepentingan belajar. Layanan pembelajaran optimal didukung oleh
berbagai sumber yang tersedia secara terpilih, metodologi yang tepat,
dan aktivitas-aktivitas yang beragam. Dengan demikian, terdapat dua
dimensi pokok efektifitas sekolah sebagai konsep output,
yaitu organisasi belajar sebagai hasil dari layanan pembelajaran dan
prestasi siswa sebagai hasil dari kemampuan atau kompetensi siswa.
2.2.3
Sekolah Bertaraf Internasional
Pengembangan
kompetensi juga dapat didukung dengan adanya sekolah bertaraf
internasional (SBI). SBI memiliki beberapa karakteristik yang
mendukung pengembangan kompetensi peserta didik, diantaranya:
- Aspek fisik melatih peserta didik untuk disiplin dan bermotivasi tinggi agar mampu bersaing di dunia internasional.
- Intelektual
- Menggunakan standar lebih tinggi dari SI dan SKL yang dipercaya dengan adaptasi atau adopsi kurikulum Negara OECD dan Negara manu lain.
- Mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik dengan sekurang-kurangnya satu bahasa asing.
- Menerapkan bidang ICT sebagai daya saing di dunia internasional.
- Menggunakan sistem satuan kredit semester (SKS).
Selain
itu ada beberapa karakteristik tambahan, yaitu :
- Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK
- Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.
- Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SD/MI.
- Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMP/MTs.
- Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.
Keberadaan SBI
diharapkan dapat meningkatkan kualitas peserta didik. Sesuai dengan
definisi SBI yaitu Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh
standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu Negara anggota Organization
for Economic Co-operation and Development
(OECD) dan Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum
internasional.
2.2.4
Pengertian Kompetensi
Suparno (2001:27)
mengemukakan kata kompetensi diartikan sebagai “kecakapan yang
memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai “memiliki
keterampilan dan kecakapan yang diisyaratkan”. Dalam pengertiannya
yang luas dijelaskan bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran
yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan
manusia bermutu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan sebagaimana diisyaratkan, kata kompetensi dipilih untuk
menunjukkan tekanan pada “kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan”.
Kutipan Johnson
(Suparno 2001:27) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan kompetensi
merupakan suatu sistem dimana siswa baru dianggap telah menyesaikan
pelajaran apabila siswa telah melaksanakan tugas yang dipelajari
untuk melakukannya. Pengetahuan, keterampilan dan sikap merupakan
jalan atau
essential enambler
untuk suatu perbuatan (performance).
Namun nilainya kurang jika tanpa perbuatan.
Kutipan Johnson
(Suparno, 2001:27) memandang kompetensi sebagai perbuatan yang
rasional yang secara memuaskan memenuhi tujuan dalam kondisi yang
diinginkan. Untuk melakukan suatu kompetensi, seseorang memerlukan
pengetahuan khusus, keterampilan proses, dan sikap.
Philip perrenoud
dalam Suparno (2001:29) menulis Definition
and Selection
of
Competencies The Key to Social Fields
: Essay
on the Competencies of an
Autonomous
Actor
(OECD-1999), kompetensi-kompetensi yang akan menghindarkan orang dari
hidup berdasarkan belas kasihan orang lain yang memegang peran
strategis dalam mengambil keputusan. Kompetensi tersebut adalah :
- Mampu mengidentifikasi, menilai dan mempertahankan sumber-sumber, keterbatasan, hak-hak, dan kebutuhan-kebutuhan.
- Mampu, secara sendiri maupun berkelompok dan melaksanakan proyek serta menyusun strategi.
- Mampu menganalisis situasi, hubungan dan medan kekuatan secara sistematis.
- Mampu bekerjasama, bertindak sinergik, berpartisipasi dan berbagi tugas kepemimpinan.
- Mampu megelola dan menyelesaikan konflik.
- Mampu mengurai atau menyusun dalam urutan dan bekerja berdasarkan aturan-aturan.
- Mampu membangun aturan-aturan yang mengatasi perbedaan-perbedaan kultural.
Setiap kompetensi
memerlukan pengembangan meyeluruh dari berpikir kritis dan praktek
yang reflektif yang akan membangun sejumlah pengetahuan dan
pengalaman hidup baginya.
Menurut Mitrani
et.al
dalam Dharma 2002:109 Kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik
yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya (an
underlying characteristic’s of an individual which is causally
related to criterion-referenced effective and or superior performance
in a job or situation).
Berdasarkan definisi
tersebut bahwa kata “underlying
characteristics”
mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam
dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi
pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Sedangkan kata “causally
related”
berarti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi
perilaku dan kinerja.
Sedangkan kata
“criterion-referenced”
mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang
berkinerja baik dan kurang baik, diukur dari criteria atau standar
yang digunakan.
Penentuan tingkat
kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang
diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penentuan ambang
kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi
proses seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi pengembangan SDM.
- Karakteristik Kompetensi
Menurut
Spencer and Spencer dalam Dharma (2002:110) terdapat lima
karakteristik kompetensi, yaitu :
- Motives adalah sesuatu di mana seseorang secara konsisten berfikir sehingga dapat melakukan tindakan. Spencer dan Mitrani et.al dalam Dharma (2002:110) menambahkan bahwa motives adalah drive, direct and select behavior toward certain actions or goals and away from others. Misalnya : orang memiliki motivasi berprestasi secara konsisten mengembangkan tujuan-tujuan yang memberi tantangan pada dirinya, dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan feedback untuk memperbaiki dirinya.
- Traits adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu. Misalnya percaya diri (self-confidence), kontrol diri (self-control), stress resistance, atau hardiness (ketabahan/daya tahan).
- Self-Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui bagaimana value (nilai) yang dimiliki seseorang, apa yang menarik bagi seseorang melakukan sesuatu. Seseorang yang dinilai menjadi leader seyogyanya memiliki perilaku kepemimpinan sehingga perlu adanya tes tentang leadership ability.
- Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan (knowledge) merupakan kompetensi yang kompleks. Skor atas tes pengetahuan sering gagal untuk memprediksi kinerja SDM karena skor tersebut tidak berhasil mengukur pengetahuan dan keahlian seperti apa seharusnya dilakukan dalam pekerjaan. Tes pengetahuan mengukur kemampuan peserta tes untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahan yang dimilikinya.
- Skills adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Misalnya, seorang dokter gigi secara fisik mempunyai keahlian untuk mencabut dan menambal gigi tanpa arus merusak saraf.
Tingkat kompetensi
mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan SDM (human
resource
planning).
Gambar 2.1 memberikan gambaran bahwa kompetensi pengetahuan
(Knowledge
Competencies)
dan keahlian (skill
Competencies)
cenderung lebih nyata (visible)
dan relatif berada di permukaan sebagai salah satu karakteristik yang
dimiliki manusia.
The Iceberg Model
Visible Skill
Knowledge
Self-Concept
Hidden Trait
Motive
Sumber
: Mitrani, et.al
dalam Dharma (2002:11)
Gambar
2.1 Central
and Surface Competencies
Sedangkan
self-concept
(konsep diri), trait
(watak/sifat)
dan motive
kompetensi lebih tersembunyi (hidden),
dalam (deeper)
dan berada pada titik sentral kepribadian seseorang (Spencer and
Spencer dalam Dharma, 2002:111).
Kompetensi
pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan sehingga
program pelatihan merupakan cara yang baik untuk menjamin tingkat
kemampuan SDM. Sedangkan motive
kompetensi dan trait
berada pada personality
iceberg
sehingga cukup sulit untuk dinilai dan dikembangkan sehingga salah
satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut
dalam proses seleksi.
Adapun konsep diri
(self-concept)
terletak diantara keduannya sedangkan sikap dan nilai (values)
seperti percaya diri “self
confidence”
(seeing
one’s self as a “manajer” instead of a
“technical/professional”)
dapat dirubah melalui pelatihan, psikotrapi sekalipun memerlukan
waktu yang lebih lama dan sulit.
Menurut Dharma
(2002:112) terdapat kompetensi terdapat hubungan sebab akibat
terdapat pada gambar 2 bahwa kompetensi yang terdiri dari motive,
trait
dan self-concept
diharapkan dapat memprediksi tindakan perilaku seseorang sehingga
pada akhirnya dapat memprediksi kinerja seseorang.
Kompetensi selalu
mengandung maksud atau tujuan, yang merupakan dorongan motive
atau trait
yang menyebabkan suatu tindakan untuk memperoleh suatu hasil.
Misalnya kompetensi pengetahuan (knowledge)
dan keahlian (skill)
tanpa kecuali termasuk juga kompetensi motive,
trait,
dan konsep diri, yang mendorong digunakan pengetahuan dan keahlian.
Perilaku tanpa
maksud dan tujuan tidak bisa didefinisikan sebagai kompetensi.
Sebagai contoh kepala sekolah yang sedang berjalan di lingkungan
sekolah. Tanpa mengetahui mengapa kepala sekolah berjalan
dilingkungan sekolah, siswa tidak dapat mengetahui, kompetensi apa
yang sedang diperhatikan kepala sekolah. Maksud dan tujuan kepala
sekolah di lingkungan sekolah tersebut dapat diasumsikan mungkin
karena bosan, melemaskan kaki, atau memantau suatu kelas.
Pada alur model di
atas dapat digunakan untuk analisis “risk
assessment”(Spencer
and Spencer : Dharma, 2002:112). Misalnya jika kita lihat arah pada
gambar tersebut bahwa bagi sekolah yang tidak memilih, mengembangkan
dan menciptakan motivasi kompetensi untuk siswanya, tidak akan
terjadi perbaikan dalam produktivitas, profitibilitas dan kualitas
terhadap suatu produk dan jasa.
Intent Action Outcome
Personal
Characteristics
Behavior
Job
Performance/
Prestasi
Siswa
Motive Skill
Trait
Self-Concept
Knowledge
Example :
Achievement Motivation
Achievement
Motivation
Goal
Setting,
Personal
Responsibility,
Use
of Feedback
Continous
Improvement
Q
Calculated
Risk
Taking
uality,
Productivity,
Sales, Earning
Innovation
“Doing
Better”
Competition
with
Standard
of Excellence-
Unique
Accomplishment
New
Product, Service And Processes.
Sumber
: Komariah (2006:66)
Gambar
2.2
Competency Causal Flow Model
2.2.6
Kompetensi Siswa
Komariah (2006:66)
Kompetensi siswa adalah kemampuan siswa yang dihasilkan selama siswa
mengikuti pembelajaran, artinya seberapa jauh siswa menyerap materi
yang disampaikan guru, seberapa persen tujuan yang telah ditetapkan
guru dapat dikuasai siswa. Seberapa baik siswa mengikuti
aturan-aturan yang telah ditetapkan, berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, dan kinerja yang ditunjukkannya dalam memecahkan
masalah-masalah belajar dari kehidupan.
Hornby (Komariah,
2006:66) mengemukakan tiga hal yang berkaitan dengan pemahaman
kompetensi, yaitu :
- Kompetensi pada dasarnya menunjukkan pada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
- Kompetensi pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) dari orang-orang (kompeten) yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dan sebagainya utnuk mengerjakan apa yang diperlukan.
- Kompetensi menunjukkan pada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi.
Jarvis
dalam Komariah (2006:66) mengungkapkan tiga elemen kompetensi,
yaitu :
- Pengetahuan dan pemahaman, mencakup tentang disiplin akademik, elemen psikomotor, ubungan interpersonal, dan nilai-nilai moral.
- Keterampilan-keterampilan, mencakup melaksanakan prosedur-prosedur yang bersifat psikomotorik dan berinteraksi dengan orang lain.
- Sikap-sikap profesional, mencakup pengetahuan tentang profesionalisme, komitmen emosi terhadap profesionalisme, dan kesediaan untuk bertindak secara profesional.
Kompetensi siswa
merupakan akumulasi dari potensi diri yang dibawahnya, upaya
pembelajaran dengan perangkat pendukung belajar yang optimal,
pengaruh lingkungan pergaulan, dan kesungguhan siswa untuk melakukan
aktifitas belajar. Capra dalam Komariah (2006:66) berpendapat bahwa
ciri-ciri biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang dimiliki
manusia tidak dapat dipisahkan dalam keseluruhan aspek kehidupannya.
Kompetensi siswa
adalah kemampuan siswa sebagai hasil belajar. Belajar memiliki empat
dimensi sebagaimana dikatakan Marzano dalam Komariah (2006:66) yaitu
:
- Dimensi sikap-sikap dan persepsi-persepsi positif terhadap belajar.
- Dimensi penguasaan dan pengintegrasian pengetahuan.
- Dimensi perluasan dan penghalusan secara bermakna.
- Dimensi kebiasaan-kebiasaan berpikir produktif.
Lebih lanjut UNESCO
(Delors dalam Komariah 2002:66) menekankan pentingnya empat pilar
yang harus dilakukan dalam semua proses pendidikan, yaitu :
- Belajar untuk mengetahui (learning to know)
- Belajar untuk berbuat (learning to do)
- Belajar untuk mandiri (learning to be)
- Belajar untuk hidup bersama (learning to live together)
Mengacu pada
pendapat Delors dalam Komariah (2006:66) menekankan pentingnya
kompetensi dalam domain
kognitif, yaitu menguasai pengetahuan yang diajarkan, kompetensi
dalam psikomotor/keterampilan untuk menunjukkan bahwa peserta didik
dapat melakukan apa yang diajarkan, kompetensi dalam menunjukkan
keahlian tertentu (life
skills
education)
untuk dapat bertahan hidup, dan kompetensi sosial agar siswa dapat
bergaul dan bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Untuk mengukur
kompetensi di sekolah dapat digunakan parameter akademik dan
nonakademik. Kompetensi akademik meliputi pengetahuan, sikap,
kemampuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan kompetensi non
akademik dapat ditelusuri dari minat dan kesungguhan siswa dalam
mengikuti program pembelajaran di sekolah yang bukan hanya dilihat
dari mata pelajaran, tetapi merupakan nurturing
effect
pelajaran yang secara aktual dapat ditinjau dari keikutsertaan siswa
dalam ekstrakurikuler.
Kompetensi siswa
merupakan kompetensi individu yang menurut Johnson (Komariah 2006:67)
adalah penampilan spesifik yang rasional sebagai harmoni dan
pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan
oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dengan penuh keberhasilan.
Kompetensi terbetuk
dari lima karakteristik sebagaimana dikatakan Spencer dan Spencer
(Komariah, 2006:67) yaitu watak, motivasi, konsep diri, pengetahuan,
dan keterampilan. Sebagaimana gambar 2.3 berikut.
Watak
Motivasi
Internal
Pengetahuan
Keterampilan
Konsep
Diri
Sumber
: Spencer and
Spencer dalam Komariah (2006:67)
Gambar 2.3 Konsep
Kompetensi Individu
Kompetensi
pengetahuan dan keterampilan adalah kompetensi yang mudah dinilai,
diberikan, dilatihkan, diajarkan, dialami, dan dikembangkan karena
merupakan kompetensi yang berada di permukaan yang cenderung dapat
dilihat. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak, dan motivasi
bersifat lebih tersembunyi lebih dalam, dan berperan sebagai sumber
dari kepribadian yang tidak mudah untuk dinilai dan dikembangkan.
Kompetensi harus
dimiliki oleh siswa SMU yaitu selain dapat digunakan untuk menembus
seleksi perguruan tinggi favorit, yang terkesan sebagai kompetensi
akademik, juga untuk melanjutkan kehidupannya di masyarakat, artinya
selain kompetensi untuk dapat bergaul dan hidup bersama di tengah
masyarakat, siswa juga harus memiliki kemampuan menghasilkan materi
dari sejumlah keahliannya. Usia individu tingkat SMU adalah usia yang
cukup dewasa dan tidak sedikit dari mereka yang melanjutkan hidupnya
ke kehidupan. Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan kemampuan
skills.
- Macam-macam Kompetensi
Sebagaiman
dikemukakan oleh Teori Bloom, Wiles dan Bondi (Rosyada 2004:69)
membagi tujuan pembelajaran atau kompetensi menjadi tiga sebagai
berikut:
- Kompetensi Kognitif
- Knowledge yakni kemampuan untuk mengingat, dan mengetahui sesuatu secara benar.
- Comprehension yakni kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam. Untuk level ini, diperlukan dukungan knowledge.
- Application yakni kemampuan untuk menggunakan sebuah ide, prinsip-prinsip dan teori-teori pada kasus baru, pada situasi yang spesifik. Untuk level ini diperlukan dukungn knowledge, dan comprehension.
- Analysis yakni kemampuan untuk menguraikan ide-ide pada bagian-bagian konstituen, agar semua unsur dalam organisasi itu menjadi jelas. Untuk level ini diperlukan dukungan knowledge, comprehension, dan application.
- Synthesis yakni kemampuan untuk memposisikan seluruh bagian menjadi satu kesatuan utuh. Untuk level ini diperlukan dukungan knowledge, comprehension, application, dan analysis.
- Evaluation yakni kemampuan untuk menilai apakah ide, prosedur dan metode yang digunakan itu sudah sesuai dengan kriteria atau belum. Untuk level ini diperlukan dukungan knowledge, comprehendion, application, dan synthesis.
- Kompetensi Afektif
- Receiving yakni mendatangi, menjadi peduli terhadap sebuah ide, sebuah proses atau sesuatu yang lain, dan ada keinginan untuk memperhatikan sebuah fenomena yang khusus.
- Responding yakni memberikan respon pada tahap pertama dengan kerelaan, dan berikutnya dengan keinginan untuk menerima dengan penuh kepuasan. Untuk level responding diperlukan dukungn receiving.
- Valuing yakni menerima nilai dari sesuatu ide atau perilaku memilih salah satu nilai yang menurutnya benar, selalu konsisten dalam menerimanya, dan bahkan terus berupaya untuk meningkatkan konsistensinya. Untuk pengembangan level valuing diperlukan dukungan receiving dan responding.
- Organization yakni kemampuan mengorganisasikan nilai-nilai, dan menentukan pola-pola hubungan antara satu nilai dengan lainnya, dan mengadaptasikan perilaku pada sistem nilai. Untuk level ini diperlukan dukungan receiveing, responding dan valuing.
- Characterization yakni kemampuan mengeneralisasi nilai-nilai dalam tendensi kontrol, penekanan pada konsistensi, dan kemudian mengintegrasikan semua nilai menjadi filosofi hidup atau world view mereka. Untuk level ini diperlukan dukungan receiving, responding, valuing dan organizing of values.
- Kompetensi Psikomotorik
- Observing yakni mengamati proses, memberikan perhatian terhadap semua step dan teknik yang dilalui dan digunakan dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan atau mengartikulasikan sebuah perilaku.
- Imitating yakni mengikuti semua arahan, tahap-tahap dan teknik-teknik yang diamatinya dalam menyelesaikan sesuatu, dengan penuh kesadaran dan dengan usaha yang sungguh-sungguh. untuk level ini diperlukan dukungan observing.
- Practicing mengulang tahap-tahap dan teknik-teknik yang dicoba diikutinya itu, sehingga menjadi kebiasaan. Untuk ini diperlukan kesungguhan upaya dan memperlancar langkah-langkah tersebut melalui pembiasaan terus menerus. Untuk ini diperlukan dukungan observing dan imitating.
- Adapting yakni melakukan penyesuaian individual terhadap tahap-tahap dan teknik-teknik yang telah dibiasakannya, agar sesuai dengan kondisi dan situasi pelaku sendiri. Untuk level ini diperlukan dukungan observing, imitating, dan practicing.
Secara umum
kompetensi yang harus dimiliki atau dapat dikembangkan untuk para
siswa serta warga belajar lainnya bisa diklasifikasikan menjadi
empat, yakni kompetensi tamatan, kompetensi mata pelajaran,
kompetensi rumpun mata pelajaran, dan kompetensi lintas kurikulum.
- Kompetensi tamatan adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan belajar pada suatu jenjang tertentu.
- Kompetensi mata pelajaran adalah rumusan kompetensi siswa dalam berpikir, bersikap dan bertindak setelah menyelesaikan mata pelajaran tertentu (Yulaelawati dalam Rosyada 2004:70)
- Kompetensi rumpun mata pelajaran adalah kompetensi-kompetensi yang dihasilkan dari setiap mata pelajaran, kumpulan kompetensi rumpun mata pelajaran akan menghasilkan kompetensi lulusan.
- Kompetensi lintas kurikulum adalah kompetensi yang dapat dilatihkan untuk beberapa rumpun mata pelajaran.
- Model Kompetensi dan Pendekatan yang Terintegrasi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Dharma (2002:114)
mengemukakan model
kompetensi dikaitkan dengan strategi manajemen SDM. Pada Gambar 2.4
di bawah ini disajikan unsur-unsur yang terintegrasi dalam fungsi
manajemen SDM dan model kompetensi.
- Recruitment dan seleksi
Sistem rekrutmen
yang berbasis kompetensi biasanya memusatkan pada metode seleksi yang
dapat digunakan untuk memilih sejumlah calon siswa dari populasi
pelamar yang cukup besar secara cepat dan efisien.
- Penempatan dan rencana suksesi
Penempatan dan
rencana suksesi berbasis kompetensi memusatkan kepada usaha
identifikasi calon siswa yang dapat memberikan nilai tambah pada
suatu pembelajaran sekolah. Oleh karena itu, sistem seleksi dan
penempatan harus menekankan kepada identifikasi kompetensi yang
paling dibutuhkan bagi kepentingan suatu pelajaran tertentu.
3.Pengembangan
prestasi
Kebutuhan kompetensi
untuk pengembangan dan jalur prestasi akan menemukan dasar untuk
pengembangan siswa. Siswa yang dinilai lemah pada aspek kompetensi
tertentu dapat diarahkan untuk kegiatan pengembangan kompetensi
tertentu sehingga diharapkan dapat memperbaiki prestasinya.
2.2.9
Pengembangan Kompetensi
Lippman et.al
(2008:5) mengemukakan dimensi pengembangan kompetensi terdiri dari
lima pengembangan siswa yaitu :
- Pengembangan Fisik
Pengembangan fisik
adalah proses penyempurnaan fungsi psikologis yang dipengaruhi oleh
organ-organ fisik, perkembangan terus berlanjut sampai akhir
hayatnya. Berikut ini adalah hal-hal yang mendukung pada pengembangan
fisik yaitu :
- Kebiasaan sehat
Memiliki kebiasaan
kesehatan yang baik dapat menyebabkan hasil yang positif untuk kaum
muda. Kebiasaan sehat dan mempunyai gizi yang baik dapat membuat
tidur yang nyenyak, memakan-makanan yang sehat, dan olahraga yang
teratur dapat menjadi disiplin dalam menjadikan gaya hidup lebih
sehat.
- Menghindari resiko
Mengurangi risiko
dalam mencegah terjadinya hal-hal yang tidak baik misalnya rokok,
drug, free sex
untuk hidup yang lebih sehat. Hal-hal yang harus dilakukan adalah
melakukan tidur yang cukup, memiliki citra tubuh yang positif agar di
dalam usia yang masih remaja dapat mengurangi kesempatan untuk putus
sekolah dan dapat meneruskan dalam bekerja.
- Menghindari Keamanan fisik
Pada tahun 1943,
Abraham Maslow mengembangkan penunjukan piramida kebutuhan yang
harus dipenuhi untuk memastikan pembangunan yang tepat di masa
kanak-kanak. Meliputi nutrisi, perawatan kesehatan, dan kondisi
kehidupan yang layak. Kebutuhan terbesar berikutnya adalah keamanan,
baik secara fisik dan psikologis.
Eccles et.al
dalam Lippman et.al
(2008:6)
menunjukkan bahwa piramida maslow masih relevan. Melaporkan bahwa
lingkungan dimana remaja menghabiskan waktunnya harus memiliki
ketentuan yang baik untuk mendukung keselamatan fisik dalam
pengembangan aset pribadi yang berkaitan dengan pengembangan generasi
muda yang positif.
Keselamatan fisik
termasuk fasilitas yang aman, rekan interaksi kelompok, dan kegiatan
yang menurunkan konfrontasi antara teman-temannya. Apabila hal
tersebut dilakukan maka akan mengurangi bahaya fisik, perasaan takut
ketidak amanan, pelecehan seksual maupun pelecehan fisik, dan
pelecehan verbal.
- Kemampuan kinestetik
Kemampuan kinestetik
merupakan salah satu jenis kecerdasan yang perlu dinilai, dan jelas
terkait dengan beberapa bidang studi serta beberapa pekerjaan.
Suryabrata
(2005:185) mengemukakan sekelompok ahli dalam membuat periodisasi
mendasarkan diri pada keadaan atau proses biologis pada anak SMA.
Berikut pendapat para ahli :
- Pendapat Aristoteles Masa SMU dialami fase III dari 14;0 sampai 21;0 masa remaja atau pubertas masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa. Dalam fase ini ditandai oleh mulai bekerjanya perlengkapan kelamin (misalnya kelenjar).
- Pendapat Kretschmer
Masa SMU dialami
dalam fase IV dari kira-kira 13;0 sampai kira-kira 20;0 disebut
Serckungs periode II pada masa ini anak kembali kelihatan langsing.
Pada periode-periode streckung
anak menunjukkan sifat-sifat jiwa seperti tertutup, sukar bergaul,
sukar didekati, dan sebagainya.
- Pendapat Sigmund Freud
Freud berpendapat
bahwa anak sampai umur kira-kira umur 20;0 menentukan bagi
pembentukan kepribadian seseorang.
- Pendapat Montessori
Menurut Montessori
tiap fase perkembangan itu mempunyai arti biologis. Pada anak SMU
memasuki periode III (12;0-18;0) adalah periode penemuan jati diri
dan kepekaan rasa sosial. Dalam masa ini kepribadian harus
dikembangkan sepenuhnya dan harus sadar akan keharusan dalam
bersikap.
- Pendapat Ch. Buhler
Pada anak SMU
memasuki fase V (13;0-19;0) yaitu fase penemuan diri dan kematangan.
Berdasarkan temuan
penulis setelah melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas
Al-Hikmah Surabaya, pengembangan fisik yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah proses penyempurnaan fungsi psikologis yang terdapat pada
organ-organ fisik pada remaja SMU. Item pertanyaanya didasarkan pada
standar mutu siswa di sekolah yaitu berbasis pada aspek akhlak dan
aspek akademis.
Pengembangan fisik
berdasarkan aspek akhlak yang memiliki standar mutu yaitu Berbadan
sehat, bugar, kuat, dan lincah itemnya sebagai berikut :
- Sehat: tidak mudah sakit dan tidak mengidap penyakit menular.
- Bugar: memiliki tingkat kebugaran yang memenuhi standar bugar sesuai usia dengan menggunakan skala VO2 max.
- Kuat: tidak mudah mengeluh dengan tantangan/ tugas yang berat.
- Lincah: mudah beradaptasi dengan lingkungan/cuaca yang berbeda.
- Dapat melakukan salah satu cabang permainan dengan benar.
- Dapat berenang.
- Mampu menjadi wasit olah raga permainan.
- Pengembangan Psikologi
Pengembangan
psikologi yaitu proses penyempurnaan fungsi psikologis yang terdapat
pada remaja. Berikut ini adalah hal-hal yang mendukung pengembangan
psikologi pada remaja yaitu :
- Kesehatan mental positif
Kesehatan mental
yang positif dikutip oleh psikolog perkembangan sebagai kunci yang
terkait dengan perkembangan remaja menuju dewasa yang sukses. Istilah
“kesejahteraan psikologis” atau “kesehatan mental yang baik”
sering digunakan pengembangan pemuda yang sehat.
Sementara kesehatan
mental yang positif adalah istilah generik atau bidang yang relatif
baru psikologi positif mendefinisikan dan mengukur lebih spesifik
dari konsep tersebut. Khususnya, kepuasan hidup yang merupakan
evaluasi global subjektif dari kualitas hidup seseorang, Hal tersebut
menjadi komponen yang sangat kuat dari kesehatan mental yang positif.
- Penghargaan diri
Keyes dalam Lippman
et.al
(2008:8) mengidentifikasi dua komponen yaitu : kesejahteraan
subjektif dan berfungsi positif dalam hidup. Kesejahteraan subjektif
diartikan dengan fungsi sekolah terkait seperti keterlibatan
dirasakan di sekolah, kedekatan dirasakan kepada orang lain, dan
tingkat prestasi siswa tersebut di sekolah. Sedangkan berfungsi
positif dalam hidup yaitu fungsi positif yang dilakukan siswa dalam
kegiatan positif di lingkungan sekolah.
- Identitas Positif
Erikson dalam
Lippman et.al
(2008:8) mengakui bahwa pembentukan identitas adalah bagian utama
dari pengembangan kepribadian di masa remaja, berkontribusi untuk
kehidupan dewasa yang sukses. Memelihara identitas yang jelas dan
positif sebagai salah satu tujuan pengembangan pemuda positif. Bukti
menunjukkan bahwa sekolah dan masyarakat dapat membantu perkembangan
identitas dengan memberikan kesempatan untuk menjelajahi minat,
mengembangkan kepemimpinan, mempromosikan berpikir tingkat tinggi,
dan memperoleh pelatihan kejuruan.
- Ekspektasi tinggi (optimis, planfulness)
Optimis dan harapan
didefinisikan sebagai kepercayaan dalam kemampuan seseorang untuk
membayangkan tujuan hidup seseorang dimasa yang akan datang bersama
dengan motivasi dan kekuatan untuk mencapainya.
- Ketahanan dan fleksibilitas dalam menghadapi masalah
Ketika rencana
memasuki perguruan tinggi dan memasuki dunia kerja tidak berjalan.
Namun keuletan keterampilan mengatasi masalah dan fleksibilitas
merupakan kunci baik dalam literatur pembangunan pemuda.
- Manajemen diri
Penelitian tentang
prestasi akademis semakin terfokus pada strategi pembelajaran untuk
mengidentifikasi siswa. Pengukuran strategi ini berkembang pesat
dalam strategi pembelajaran. Hal ini sama pentingnya dalam fokus
penelitian pada pengembangan generasi muda yang sehat. Konsistensi
dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Strategi belajar
seperti kontrol emosi, motivasi, regulasi emosi, dan kontrol diri
ketika mendapat perhatian. Hal tersebut dapat diperlukan untuk
keberhasilan dalam pengembangan kompetensi kognitif dan kompetensi
psikologis. Kompetensi kognitif misalnya prestasi akademik.
Kompetensi psikologis misalnya motivasi penguasaan diri dan positif
motivasi berprestasi.
- Pengambilan keputusan
Ketika rencana yang
diharapkan tidak berjalan namun keuletan dalam mencari jalan keluar
yang terbaik, keterampilan mengatasi masalah yang sedang dihadapi,
dan fleksibel dalam menerima masukan-masukan dari orang lain adalah
kemampuan untuk membuat penilaian yang baik dan keputusan yang
tercatat sebagai kompetensi kunci baik dalam literature pembangunan
pemuda yang sehat.
Menurut Jean Jacques
Rousseau dalam Soemanto (2006:68) perkembangan fungsi dan kapasitas
kejiwaan pada siswa SMU terdapat pada masa odolesen (15-20 tahun)
dalam tahap perkembangan ini, kualitas kehidupan manusia diwarnai
oleh dorongan seksual yang kuat.
Menurut Suryabrata
(2005:219) fungsi psikologis pada siswa SMU yang memasuki masa
remaja sebagai berikut :
- Rindu akan pujian dan menjadikan teman segalanya merupakan gejala remaja
Didalam fase negatif
untuk pertama kalinya anak sadar akan kesepian yang tidak dialaminya
pada masa-masa sebelumnya. Reaksi pertama terhadap gangguan akan
ketenangan dan keamanan pada jiwanya yaitu protes terhadap
sekitarnya.
Kebutuhan akan
adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat
turut serta merasakan suka dan dukanya. Disini mulai tumbuh dorongan
untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang
bernilai, pantas di junjung tinggi, dan dipuji. Pada masa ini remaja
mengalami kegoncangan batin, sebab dia tidak mau lagi memakai sikap
dan pedoman hidup kanak-kanaknya, tetapi belum mempunyai pedoman
hidup yang baru. Karena itulah maka remaja itu tidak tenang, banyak
kontradiksi didalam dirinya. Mengeritik karena dirinya merasa mampu,
tetapi dalam pada itu dia mencari pertolongan pula karena belum dapat
menjelmakan keinginannya.
- Tipe-tipe anak remaja
Sis heyster dalam
Suryabrata (2005:221) menggolong-golongkan anak laki-laki dan
perempuan ke dalam tipe-tipe tersendiri, yaitu anak laki-laki
digolongkan menjadi : Pencari kultur, Pencinta alam, Tipe karyawan,
Tipe vital, Tipe hedonistic.
Sedangkan anak perempuan : Tipe keibuan, Tipe erotis, Tipe romantic,
Tipe tenang, Tipe intelektual.
Tabel 2.1
Perbedaan remaja laki-laki dan remaja perempuan
-
Laki-laki
Perempuan- Aktif
dan memberi
- Pasif
dan menerima
- Cenderung
untuk memberikan perlindungan
- Cenderung
untuk menerima perlindungan
- Aktif
meniru pribadi pujaanya
- Pasif,
mengagumi pribadi pujaanya
- Minat
tertuju kepaa hal-hal yang bersifat intelektual
- Minat
tertuju kepada hal-hal yang bersifat emosional.
- Berusaha
memustuskan
- Berusaha
mengikut dan
- sendiri
dan ikut bicara
- Menyenangkan
orang lain.
- Aktif
dan memberi
Sumber
: Suryabrata (2005:221)
Berdasarkan temuan
penulis setelah melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas
Al-Hikmah Surabaya, pengembangan psikologi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah penyempurnaan fungsi psikologis yang terdapat
pada remaja. Item pertanyaanya didasarkan pada standar mutu siswa di
sekolah yaitu berbasis pada aspek akhlak dan aspek akademis.
Pengembangan
psikologi berdasarkan aspek akademis yang memiliki standar mutu yaitu
kemampuan logika yang baik sesuai usianya indikatornya sebagai
berikut :
- Siswa mampu berpikir formal pada mapping TKPF (Tes Kemampuan Penalaran Formal).
- Siswa mampu berpikir kreatif (creative thinking) pada mapping AKKB (Analisis Ketrampilan-ketrampilan berpikir).
- Siswa memiliki tingkat kemampuan baik dan sangat tidak baik pada mapping TKPS (Tes Kemampuan Penalaran Sains).
- Pegembangan Sosial
Pengembangan sosial
adalah proses yang dilakukan remaja untuk berinteraksi dengan orang
lain untuk bermurah hati dan bijaksana. Berikut ini adalah hal-hal
yang mendukung pada pengembangan sosial pada remaja yaitu:
- Karakter
Karakter moral yang
kuat merupakan dasar bagi interaksi sosial yang positif. Karakter
pengembang generasi muda yang positif terdiri dari nilai-nilai
pribadi, kesadaran sosial, keragaman nilai, dan nilai-nilai dan
keterampilan interpersonal.
- Keterampilan komunikasi
Interaksi
sosial yang positif adalah keterampilan komunikasi yang baik.
- Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan
Keterampilan
komunikasi yang baik lisan dan tulisan dan ekspresi kreatif termasuk
bagian dari tujuan pembangunan yang menjadi intelektual reflektif.
- Menggunakan alat komunikasi efektif
Kemampuan untuk
memilih kata-kata tepat dan mengkomunikasikan informasi teknis agar
dapat memahami dan memberikan kontribusi yang sesuai untuk membantu
atau mengajari orang lain. Hal tersebut, juga menekankan pentingnya
keterampilan menulis untuk mampu menargetkan apa yang ditulis kepada
khalayak tertentu. Mengedit, merevisi, mengutip referensi yang
diperlukan, pesan yang efektif dikirim lewat e-mail, memo, laporan,
presentasi, dan lain-lain.
- Kompetensi sosial
Kompetensi sosial
adalah keterampilan yang diperlukan agar mampu berinteraksi dengan
orang lain, serta bermurah hati dan bijaksana. Perbuatan yang
dilakukan dalam berinteraksi dengan orang lain meliputi kemampuan
untuk simpati, empati atau kepedulian, serta kemampuan untuk
menyelesaikan konflik.
- Resolusi konflik
Kemampuan untuk
berhubungan baik dengan orang lain untuk bekerja sama, mengelola dan
meyelesaikan konflik sebagai kunci kompetensi kehidupan yang sukses
di dalam berinteraksi dengan masyarakat yang berfungsi dengan baik.
- Kompetensi Lintas Budaya
Kompetensi lintas
budaya menjadi semakin penting dalam berhubungan dengan masyarakat di
lingkungan sekitar. Dewan penelitian nasional menyebutkan perlunya
pengetahuan untuk mengenal lebih dari satu budaya, keterampilan untuk
menavigasi melalui beberapa konteks budaya, Dengan adanya nilai-nilai
budaya yang sensitif sebagai aset pribadi yang memfasilitasi
pembangunan pemuda untuk transisi menuju dewasa. Kompetensi antar
budaya, toleransi, dan dapat bekerja dengan bermacam-macam populasi
sebagai kunci kompetensi pendidikan.
- Kemampuan untuk menyesuaikan dengan situasi berbeda-beda
Kemampuan untuk
menyesuaikan perilaku seseorang, pegetahuan, dan keterampilan dengan
konteks sosial dimana orang menemukan dirinya secara luas diakui
sebagai kompetensi kunci untuk pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan.
- Bertindak tepat dalam konteks yang lebih besar
Koneksi
ke keluarga, rekan kerja, sekolah, dan masyarakat dianggap salah satu
aset bagi pengembangan generasi muda yang sehat. Berdasarkan studi
remaja produktif akan menghasilkan hasil-hasil yang positif.
- Dukungan sosial
Dukungan sosial dari
keluarga, teman, sekolah, dan masyarakat sangat penting bagi
pengembangan generasi muda yang sehat.
- Perilaku prososial.
Perilaku prososial
adalah perilaku yang membantu anak muda dalam mengembangkan identitas
mereka sendiri, kepercayaan diri, penerimaan diri, keberhasilan
kompetensi. Peningkatan kepercayaan diri pada remaja jika ikut dalam
lembaga-lembaga sosial agar mampu untuk terlibat pada kegiatan umum
dan membangun rasa sosial yang baik.
Berdasarkan temuan
penulis setelah melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas
Al-Hikmah Surabaya, pengembangan sosial yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah proses yang dilakukan remaja untuk berinteraksi
dengan orang lain untuk bermurah hati dan bijaksana. Item
pertanyaanya didasarkan pada standar mutu siswa di sekolah yaitu
berbasis pada aspek akhlak dan aspek akademis.
Pengembangan sosial
berdasarkan aspek akhlak yang memiliki standar mutu sebagai berikut :
- Memiliki jiwa kemandirian dan kepemimpinan
- Memiliki jiwa kemandirian.
- Mampu mengurus kebutuhannya sendiri.
- Mampu membantu pekerjaan orang tua di rumah secara rutin.
- Memiliki jiwa kepemimpinan
- Disiplin kehadiran.
- Mampu menghormati dan mentaati tata tertib.
- Mampu berbicara dengan lancer dan tampil di depan umum dalam kegiatan forma dan nonformal di dalam sekolah.
- Mampu memimpin rapat kelas/OSIS.
- Memiliki semangat berdakwah dan menjadi teladan masyarakat.
- Shiroh
Siswa memahami
shiroh sebagai modeling perilaku dan sistem.
- Pengembangan kognitif
Pengembangan
kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Hal-hal yang mendukung terbentuknya pengembangan kognitif pada masa
remaja sebagai berikut :
- Prestasi akademik
Prestasi akademik
adalah salah satu kompetensi yang perkembangannya paling menonjol
dalam kehidupan remaja yang sangat terkait dengan hasil sukses pada
masa remaja memasuki dewasa. Seperti bisa membantu secara ekonomi
dapat mandiri dan memiliki keluarga yang sehat dengan hubungan sosial
yang baik. Tiga karakteristik sekolah yang ditemukan untuk mendukung
tercapainya prestasi yang tinggi selama masa remaja yaitu : dukungan
dari guru, kegiatan pembelajaran yang mendukung berpikir tingkat
tinggi, dan partisipasi siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
- Tingkat pendidikan
Pencapaian
pendidikan merupakan aset pembangunan yang sering digunakan sebagai
dasar untuk pengembangan generasi muda yang sehat. Pendidikan minimal
SMA
merupakan penyelesaian untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik
adalah indikator penting bagi pengembangan dewasa muda sukses.
- Belajar seumur hidup
Meski
kemampuan belajar spesifik seperti manajemen waktu. Kunci kesuksesan
dalam mempersiapkan dan menempuh dalam berbagai cobaan adalah dengan
belajar dalam setiap tahap-tahap kehidupan seperti penggunaan
informasi dan sumber daya.
- Penggunaan pengetahuan, informasi dan teknologi interaktif
Dengan adanya
teknologi yang canggih akan memudahkan penambahan pengetahuan untuk
mengembangkan pemuda.
- Kreatifitas
Dengan memiliki
pengetahuan yang luas diharapkan mampu menjadikan pemuda tersebut
memiliki kreatifitas yang tinggi.
- Berpikir kritis dan Keterampilan pemecahan masalah
Kemampuan dalam
memecahkan masalah, dan mencari jalan keluar dengan berpikir kritis
yang rasional merupakan keterampilan evaluatif dan refleksi.
Suharnan (2005:7)
mengemukakan tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari
usia anak-anak sampai dewasa. Mulai dari proses-proses berpikir
secara konkrit atau melibatkan konsep-konsep konkrit sampai dengan
yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis.
Berdasarkan temuan
penulis setelah melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas
Al-Hikmah Surabaya, pengembangan kognitif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah salah satu perkembangan manusia yang berkaitan
dengan pengetahuan. Item pertanyaanya didasarkan pada standar mutu
siswa di sekolah yaitu berbasis pada aspek akhlak dan aspek akademis.
Pengembangan
kognitif berdasarkan aspek akademis yang memiliki standar mutu
sebagai berikut :
- Memiliki kelayakan untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya
- Lulus UAS.
- Rata-rata UAS terbaik.
- Memiliki kemampuan komunikasi yang memadai
- Bahasa Indonesia
- Senang membaca buku, minimal 2 buku setiap pekan.
- Kecepatan membaca minimal 600 kata per menit dengan pemahaman 75%.
- Mampu menyusun dan mempresentasikan karya tulis ilmiah minimal 1 kali per semester.
- Mampu menyusun resensi buku.
- Mampu membuat dan membaca puisi.
- Mampu mengapresiasi suatu karya sastra.
- Bahasa Inggris
- Listening
Mampu mengungkapkan
kembali teks yang didengarnya dengan akurasi 80%.
- Speaking
- Mampu berpidato dengan lancar selama 15 menit.
- Mampu melakukan presentasi karya ilmiah dalam Bahasa Inggris selama 20 menit.
- Reading
Mampu
menginterpretasikan bacaan dengan tingkat pemahaman 80%.
- Writing
- Menulis essay dengan topik bebas sebanyak 300 kata dalam waktu 30 menit.
- Membuat karya tulis dengan topik bebas 2.000 kata dalam 1 semester.
- Menguasai IT
- Terampil menggunakan software pengolah kata dan pengolah angka/data untuk mendukung pembelajaran dalam membuat karya tulis, karya ilmiah, dan instrument presentasi.
- Siswa menguasai konsep-konsep dasar-dasar disain untuk berkreasi, mengembangkan sikap inisiatif, dan mengembangkan sikap eksplorasi diri.
- Siswa trampil menggunakan internet untuk mengakses informasi, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif dan beranggung jawab untuk keperluan belajar.
- Menggunakan IT dengan etika yang baik dan benar.
- Pengembangan spiritual
Pengembangan
spiritual adalah proses pengembangan tingkah laku siswa yang
menekankan pada moral agama. Hal-hal yang mendukung pengembangan
spiritual sebagai berikut :
- Kerohanian
Spiritualitas
juga terkait dengan pengembangan moralitas. Damon berteori bahwa rasa
tujuan memainkan peran positif dalam pengembangan diri dan pemuda
yang memiliki rasa tujuan menunjukkan derajat tinggi religiusitas.
Lickona dan Davidson termasuk menjadi orang yang rohani sebagai salah
satu dari delapan karakter kekuatan yang diperlukan untuk hasil yang
positif. Para peneliti mendefinisikan menjadi pemuda yang memiliki
kerohanian dalam menciptakan tujuan hidup dengan mengejar kebahagiaan
otentik. Merumuskan tujuan hidup yang memiliki kehidupan batin yang
kaya dan mengejar mendalam dan berarti koneksi ke orang lain, alam,
dan kekuatan yang lebih tinggi.
- Rasa tujuan
Spiritualitas
didefinisikan lebih luas daripada fokus tradisional pada pertemuan
keagamaan, keterlibatan, dan keyakinan dan sering meluas untuk
menemukan arti dan tujuan dalam hidup. Eccles dkk misalnya, termasuk
spiritualitas dan tujuan dalam kehidupan dalam daftar aset yang
diperlukan untuk keberhasilan transisi menuju dewasa. Masa remaja
adalah waktu yang penting dalam program hidup ketika spiritualitas
berkembang karena spiritual pertanyaan dan eksperimentasi merupakan
bagian dari tugas yang lebih besar dari pembangunan identitas yang
terjadi selama periode ini.
Mengembangkan rasa
tujuan dalam hidup dan rasa spiritual sambungan atau suatu kekuatan
transenden dalam kehidupan semakin diakui sebagai tugas utama
pembentukan identitas pada masa remaja dan dewasa awal, namun mereka
tidak universal diakui sebagai berharga dalam masyarakat.
- Keagamaan
Penelitian lain
menunjukkan religiusitas yang dapat memberikan kontribusi pada
hasil-hasil positif seperti dukungan sosial, perilaku prososial,
kualitas tinggi hubungan dengan orang dewasa, penalaran moral,
partisipasi masyarakat, dan kesejahteraan emosional. Dapat
meningkatkan kesehatan fisik yang baik dalam kesehatan.
Penelitian
juga menunjukkan agama yang dapat melindungi terhadap perilaku
berisiko, seperti aktivitas seksual, merokok, narkoba dan alkohol,
ideation
bunuh diri, dan kenakalan. Selain
itu, pemuda yang memiliki tingkat ibadah lebih tinggi. Pemuda
tersebut memiliki interaksi positif dengan orang dewasa di keluarga
mereka maupun di masyarakat, sehingga memperluas hubungan sosialnya,
Memiliki harga diri yang lebih tinggi dengan sekolah.
Religiusitas atau
keterlibatan dalam agama di masyarakat diakui sebagai aset
pembangunan yang memberikan kontribusi kuat pada hasil-hasil positif
dalam masa dewasa awal.
Berdasarkan temuan
penulis setelah melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas
Al-Hikmah Surabaya, pengembangan spiritual yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah proses pengembangan tingkah laku siswa yang
menekankan pada moral agama. Item pertanyaanya didasarkan pada
standar mutu siswa di sekolah yaitu berbasis pada aspek akhlak dan
aspek akademis.
Pengembangan
spiritual berdasarkan aspek akhlak yang memiliki standar mutu sebagai
berikut :
- Memiliki akidah yang bersih
- Keyakinan terhadap rukun iman melahirkan kesadaran beramal.
- Memiliki ketangguhan dalam menghadapi cobaan/musibah.
- Bangga terhadap islam.
- Beribadah yang benar
- Mampu berwudhu dan thoharoh dengan baik dan benar.
- Mampu menjadi imam sholah/muadzin di rumah/sekolah.
- Mampu melaksanakan sholat (bacaan dan gerakan) dengan baik dan
benar.
- Memahami bacaan sholat dan melaksanakannya dengan tuma’nina.
- Tidak meninggalkan sholat dalam kondisi apapun.
- Sholat tahajud minimal 1 kali dalam sepekan.
- Sholat dhuha minimal sekali sepekan.
- Berdo’a dan berdzikir sesudah sholat dengan tuma’nina.
- Hafal Al Qur’an Juz 2.
- Mampu mengerjakan membaca Al Qur’an.
- Mengaji setiap hari minimal 3 halaman.
- Hafal 45 do’a aktifitas sehari-hari dan Al Ma’tsurat.
- Mampu memahami tafsir ayat-ayat tematik.
- Berakhlak kuat
- Memiliki akhlak yang baik kepada diri sendiri.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran.
- Menampilkan diri sesuai dengan nilai-nilai Islam (Contoh : dalam berbusana dan bergaul).
- Tidak merokok dan tidak terkena narkoba.
- Memiliki akhlaq yang baik kepada orang tua dan guru.
- Berbakti kepada orangtua.
- Mampu bersikap sopan dan santun kepada orangtua dan guru.
- Memiliki akhlak yang baik kepada sesama.
- Senyum, salam, sapa, dan santun kepada orang lain.
- Mampu bekerjasama dan bersosialisasi dengan orang lain.
- Mampu berempati dengan orang lain.
- Mampu menyesuaikan diri dengan norma-norma sekolah dan masyarakat.
- Memiliki tanggung jawab sosial kepada sesama (contoh: menengok tetangga/teman yang sedang sakit, mampu bekerjasama dengan masyarakat sekitar tempat tinggal).
- Mampu mengelola perbedaan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
- Mengikuti perkembangan masalah sosial melalui media massa dan memberikan tanggapan.
- Memiliki akhlak yang baik kepada lingkungan.
Memiliki budaya
bersih.
Berdasarkan teori
tersebut maka penelitian ini hanya akan mengkaji aplikasi dari
pengembangan kompetensi yang sudah dijalankan di SMA Al Hikmah
Surabaya. Penelitian ini mengacu dari teori Lippman et.al
dan Standart mutu yang sudah dikembangkan di SMA Al Hikmah Surabaya.
Penelitian ini
melihat kompetensi siswa dilihat dari kompetensi fisik, kompetensi
psikologi, kompetensi sosial, kompetensi kognitif, dan kompetensi
spiritual.
- Kerangka Pemikiran
Pada proyek akhir
ini penulis meneliti tentang pengembangan kompetensi siswa yang mana
sesuai dengan sasaran dan tujuan sekolah. Pada kompetensi sekolah ini
berorientasi pada variabel kompetensi siswa.
Kompetensi
Siswa
di Sekolah
Variabel
kompetensi :
- Kompetensi Fisik
- Kompetensi Psikologi
- Kompetensi Sosial
- Kompetensi Kognitif
- Kompetensi Spiritual
Sumber
: Lippman et.al
(2008:5)
Gambar
2.4 Kerangka Pemikiran
Pengembangan
Kompetensi Siswa di Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar